Selasa, 01 September 2009

Menembus kegelapan

Photobucket
Gambar diculik dari sini

Masih seputar perjalananku dengan Kereta Api. Sebagaimana yang aku ceritakan kemarin bahwa selama ini aku lebih suka memilih duduk di dekat jendela. Meskipun perjalananku dengan Kereta Api lebih sering pada malam hari, tapi duduk di dekat jendela tetap saja mengasyikkan buatku. Aku tetap saja suka memandang keluar dari jendela meskipun hanya menemui kegelapan.

Selama perjalanan aku suka mencari tahu kami sudah sampai di kota mana. Namun, seringkali aku kehilangan petunjuk karena hanya kegelapan yang ada. Tak banyak yang aku dapatkan selama perjalanan malamku, selain kegelapan, ketidaktahuan dan kehilangan arah.

Aku lantas berpikir, seperti inilah juga 'pemandangan' sehari-hari saudara-saudaraku yang tuna netra. Hitam pekat dan gelap gulita menjadi teman sehari-hari. Tanpa cahaya, tanpa warna, tanpa nuansa.... Aku saja yang memandang dalam kegelapan malam merasa 'tak nyaman' karena aku tak bisa melihat apa-apa. Terkadang hanya kerlip-kerlip lampu masih sempat terlihat olehku. Selain itu aku masih bisa juga memandang bulan yang bercahaya dan kerlip bintang di tengah pekatnya malam. Namun bagi mereka yang tuna netra..., tak ada yang lain selain hitam, pekat dan gelap.

Aku jadi merasa malu menyadari betapa aku masih sering lupa atas besarnya nikmat yang diberikanNYA kepadaku. Aku bisa menikmati warna warni dunia dengan segala semaraknya yang mempesona. Tak layak bagiku mengeluh kepada Allah atas segala cobaan yang diberikanNYA padaku. Bagaimanapun juga aku masih bisa melangkah dengan leluasa dan bisa menikmati indahnya dunia sebagai penyemangatku.

Sementara mereka yang tuna netra tetap bisa menjalani hidup dengan bahagia. Bahkan tak jarang yang tetap mampu berkarya dan berprestasi. Sungguh luar biasa !! Dalam keterbatasan yang bagiku pasti terasa sangat berat, tapi bagi mereka semua itu bukanlah halangan untuk menikmati indahnya hidup. Keindahan hidup mereka tentu saja berbeda dengan keindahan hidupku yang penuh warna. Toh, mereka tetap semangat menyongsong datangnya 'hari baru' dengan ceria.

Astaghfirullah.., sungguh tak layak jika aku berkeluh kesah. Setidaknya hidupku jauh lebih baik dari mereka. Alhamdulillah..., melalui perjalananku ke Jakarta aku dapat menemukan 'pencerahan' ini. Semoga aku tak akan lagi dengan mudah berkeluh kesah jika menemui halangan dalam perjalanan hidupku. Semoga pengalamanku ini bermanfaat juga bagi sahabat-sahabat yang lain. Amin.

16 komentar:

  1. betul sekali sis...betapa bersyukurnya kita yang telah terlahir dengan kedua mata yang sempurna.Thanks God.Allah telah memutuskan penglihatan mereka,tapi semoga Allah memberi penglihatan pada hati mereka.amin

    BalasHapus
  2. wow nice posting mbak Reni :) sungguh menyentuh :) penglihatan yg sebenarnya adalah penglihatan yg memberikan cahaya kebaikan bagi sesama, penglihatan yg memancarkan kasih sayang dan cinta kasih

    BalasHapus
  3. bener banget mbak..kita yang sudah diberi karunia dua buah bola mata ini sudah sepatutnya bersyukur

    BalasHapus
  4. mlam mbak reni..kemarin tuh pas pada komen saya tentang mereka yang terbatas..ternyata postingannya berlanjut juga sampe kesini....hebat nih mbak reni..seepp:) oh ya jika berkenan vote blog saya di cifbest 2009 ya mbak..linknya ada di atas kanan:)..thanks

    BalasHapus
  5. wah sama dund mba' sama eTha.. eTha lebih 5uka ambil po5i5i di deket jendela biar bi5a liad pemandangan gtuh :) perjalanannya 5eru tuh mba'..

    BalasHapus
  6. Nice artikel mbak..karuni terindah ada dimata...dgn mata kita bisa melihat indahnya ciptaan Tuhan...salam persahabatan

    BalasHapus
  7. bersyukur kita yang diberi penglihatan untuk menikmati indahnya warna warni dunia.
    Dan semoga mata hati kita dibukakan untuk melihat hal-hal yang indah bagi orang lain..

    BalasHapus
  8. Tembusan yang indah. Bagi kita yang matanya sehat, sesekali menembus kegelapan bisa mendapat sense yang indah. Tapi bagi mereka yang buta, tentu mereka tak punya pilihan lain. Setiap hari berkawan dengan kegelapan. Dan Tuhan Maha Besar, telah memberikan mereka kepekaan/kelebihan di bidang lain.

    BalasHapus
  9. Hidup itu selalu indah, mbak, bagi semua orang yang mau menemukan keindahannya. Manusia selalu punya kelemahan namun sekaligus kelebihan. Kegelapan bagi yang satu mungkin justru menjadi sinar harapan bagi yang lain. Renungan yang indah, mbak!

    BalasHapus
  10. Allah mengkaruniai kita tubuh lengkap dan sempurna agar lebih bersyukur selalu pdNya.

    Jendela hanya simbol, sesungguhnya 'jendela' di mana mbak reni memandang berada dlm batin mbak sendiri..
    Indahnya bila kita selalu memandang bebas dr 'jendela' batin kita...

    nice posting, mbak..

    BalasHapus
  11. sLm hangat sTlah lama AbseN dari Dunia Ini

    BalasHapus
  12. nice post, salam kenal mbak...

    emang kita butuh kekuatan untuk terus mensyukuri segala karunia yang diberikan kepada kita....

    BalasHapus
  13. ada pepatah ekonomi bilang .. semakin besar pendapatan kita, maka semakin besar pula pengeluaran kita. Sedikit salah kaprah juga, walah itu tergantung kebutuhan juga.
    Kesamaannya adalah ..
    Semakin besar kita diberi kelebihan, terkadang besar pula keinginan kita. Untuk keinginan positif tentunya ini memacu keberhasilan. Namun keinginan yang sekedar hawa nafsu belaka .. seperti besarnya pengeluaran ketika pendapatan yang kita terima juga besar.

    Padahal kalau mau ditukar, pendapatan besar, saving nya juga besar. Atau .. Besarnya kesempatan dan kelebihan, tentu besar pula kita berkarya dan membagikan ilmu kepada generasi penerus.

    hi hi hi tumben lurus ya mbak, komentarku .. ^.^

    BalasHapus
  14. @all : rasa syukur memang harus selalu kita tanamkan di hati kita supaya kita tak sampai kufur nikmat.
    Akan lebih baik jika kita mampu memandang segala sesuatu dengan mata hati kita, sehingga akan muncul rasa sayang di antara sesama.

    BalasHapus

Maaf ya, komentarnya dimoderasi dulu. Semoga tak menyurutkan niat untuk berkomentar disini. Terima kasih (^_^)